Penggunaan bahan bakar campuran etanol kini semakin umum di berbagai negara. Etanol dikenal sebagai bahan aditif ramah lingkungan yang berasal dari bahan alami seperti tebu atau jagung. Tujuannya untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Namun, tidak semua kendaraan dirancang untuk menggunakan bahan bakar yang mengandung etanol. Jika digunakan tanpa penyesuaian, justru bisa menimbulkan berbagai masalah pada mesin dan sistem bahan bakar.
Berikut penjelasan lengkap mengenai bahaya etanol untuk kendaraan dan dampak jangka panjangnya terhadap performa mesin.
1. Etanol Bersifat Korosif
Salah satu bahaya utama etanol adalah sifatnya yang mudah menyerap air dari udara. Ketika air bercampur dengan bahan bakar, maka akan menimbulkan proses korosi pada logam, terutama pada tangki bensin, saluran bahan bakar, dan komponen injeksi.
Air yang terserap ini dapat menyebabkan karat, penyumbatan, bahkan kerusakan pada sistem pembakaran. Jika dibiarkan terlalu lama, korosi tersebut bisa menyebabkan kebocoran bahan bakar dan gangguan performa mesin yang cukup serius.
Kendaraan modern yang memang dirancang menggunakan bahan bakar etanol (seperti E10 atau E20) biasanya sudah dilengkapi dengan lapisan anti karat. Namun, mobil lama tanpa sistem tersebut sangat rentan mengalami kerusakan akibat korosi dari etanol.
2. Menyebabkan Kerusakan pada Sistem Bahan Bakar
Etanol memiliki sifat pelarut yang tinggi, sehingga dapat melarutkan lapisan pelindung atau sisa kotoran dalam tangki bahan bakar. Akibatnya, endapan yang sebelumnya menempel bisa ikut terbawa ke sistem injeksi atau karburator dan menimbulkan penyumbatan.
Kondisi ini menyebabkan mesin sulit dinyalakan, performa menurun, dan konsumsi bahan bakar meningkat. Dalam jangka panjang, filter bahan bakar juga bisa cepat kotor, sehingga perlu diganti lebih sering.
Selain itu, selang dan komponen karet dalam sistem bahan bakar bisa mengeras atau retak karena reaksi kimia dengan etanol, terutama pada kendaraan yang tidak menggunakan bahan tahan alkohol.
So untuk persiapan dengan masalah yang sering dialami oleh rakyat Indonesia sekarang, bengkel mulai penuh, sparepart motor laris keras sekarang karna masalah BBM campur etanol ini.
3. Menurunkan Efisiensi dan Daya Mesin
Etanol memiliki nilai energi lebih rendah dibanding bensin murni. Secara umum, kandungan energi etanol hanya sekitar 70% dari bensin biasa. Akibatnya, kendaraan yang menggunakan bahan bakar campuran etanol cenderung mengalami penurunan tenaga dan jarak tempuh.
Sebagai contoh, jika kendaraan menggunakan campuran E10 (10% etanol dan 90% bensin), efisiensi bahan bakar bisa turun hingga 3–4%. Pada kadar yang lebih tinggi seperti E20 atau E85, penurunan performa bisa mencapai 10–25%, tergantung jenis mesin.
Bagi pengguna kendaraan yang terbiasa menempuh jarak jauh, penggunaan etanol tinggi tanpa penyesuaian mesin akan terasa tidak ekonomis.
4. Menimbulkan Masalah pada Cuaca Dingin
Etanol memiliki titik penguapan yang lebih tinggi dibandingkan bensin, sehingga sulit terbakar pada suhu rendah. Pada kondisi cuaca dingin, campuran bahan bakar yang mengandung etanol bisa membuat mesin susah dihidupkan, terutama pada kendaraan bermesin karburator.
Selain itu, etanol yang menyerap air dapat membentuk lapisan terpisah di dasar tangki saat suhu turun. Hal ini dapat menghambat aliran bahan bakar dan menyebabkan mesin mati mendadak atau tersendat saat digunakan.
5. Dampak Negatif pada Kendaraan Lama
Mobil atau motor keluaran lama, terutama sebelum tahun 2000, umumnya belum dilengkapi dengan sistem bahan bakar yang kompatibel terhadap etanol. Penggunaan bensin ber-etanol tinggi pada kendaraan tersebut dapat mempercepat keausan komponen logam dan karet.
Gejala umum yang sering muncul antara lain:
- Mesin terasa kasar atau brebet.
- Konsumsi bahan bakar meningkat drastis.
- Bau bensin yang kuat akibat kebocoran bahan bakar.
- Timbul karat di tangki atau saluran bensin.
Untuk kendaraan lama, sebaiknya tetap menggunakan bahan bakar non-etanol atau campuran etanol rendah agar tidak memperpendek usia mesin.
6. Etanol Dapat Merusak Pelumas Mesin
Karena etanol bersifat mudah bercampur dengan air, uap air yang masuk ke ruang bakar bisa ikut terserap ke pelumas. Jika hal ini terjadi, maka kualitas oli mesin akan menurun karena tercampur zat yang bersifat asam. Akibatnya, pelumasan tidak optimal, dan gesekan antar komponen mesin bisa meningkat.
Efek jangka panjangnya adalah keausan dini pada piston, ring, serta katup mesin. Oleh sebab itu, kendaraan yang sering menggunakan bahan bakar etanol tinggi harus lebih sering mengganti oli untuk menjaga performa.
7. Risiko pada Sistem Elektronik dan Sensor
Etanol juga dapat mengganggu sistem elektronik kendaraan, terutama sensor oksigen (O2 sensor) dan komponen injeksi. Campuran bahan bakar yang tidak sesuai dapat menghasilkan pembakaran tidak sempurna, sehingga sensor mendeteksi kadar emisi yang tidak stabil.
Dalam beberapa kasus, lampu check engine bisa menyala karena sistem mendeteksi adanya anomali pada bahan bakar. Jika terus diabaikan, hal ini dapat menimbulkan kerusakan lebih besar pada ECU (Electronic Control Unit).
Kesimpulan
Meskipun etanol dianggap sebagai bahan bakar ramah lingkungan, penggunaannya harus disesuaikan dengan jenis kendaraan. Kendaraan yang tidak dirancang untuk bahan bakar ber-etanol tinggi bisa mengalami berbagai masalah, mulai dari korosi, penyumbatan bahan bakar, hingga penurunan performa mesin.
Pemilik kendaraan sebaiknya memperhatikan rekomendasi pabrikan sebelum menggunakan bahan bakar campuran etanol. Jika kendaraan tidak mendukung, gunakan bensin murni agar sistem bahan bakar tetap awet dan performa mesin terjaga optimal.
Dengan pemahaman yang tepat, penggunaan bahan bakar bisa lebih efisien, aman, dan tidak menimbulkan risiko kerusakan yang merugikan.
 
 
                









